Translate

Rabu, 21 Maret 2012

My Best Days: Episode 3: Menyambut Pernikahan Da Reksa


Hari/Tanggal: Jumat–Sabtu, 7–8 Januari 2011
Lokasi: Rumah Tante Evi di Graha Bintaro dan Gedung ANTAM, Jakarta

H
ari Jumat, 7 Januari 2011 pagi, saya berada di rumah saya di Permata Pamulang bersama papa saya, kakak saya, Mas Warto, dan juga Intan, keponakan saya, kita pergi ke rumah Tante Evi di Graha Bintaro untuk mengikuti acara pengajian menjelang pernikahan sepupu saya,  Da Reksa – anak Tante Evi – yang digelar pada keesokan harinya, saya datang sekitar jam 9 pagi, setelah itu saya sempat ke lantai 2 dan ke salah satu kamar yang ada di lantai 2, yaitu kamar yang bersebelahan kamar mandi di sisi kiri, setelah itu saya sempat bertemu dengan Stefanie – sepupu saya –, lalu saya sempat melihat kucing peliharaan di lantai 2, sementara itu saya sempat bertanya kepada gadis kecil yang masih duduk di bangku SD, saat ditanya, gadis kecil tersebut tinggal di Jawa Timur, dan pada hari itu, dia tidak sekolah. Saat keluarga yang datang dari Australia, saya ikut melihat mereka yang datang dari Negeri Kangguru tersebut, saya mendapat oleh-oleh berupa alat tulis yang terbuat dari kayu, berupa pensil, penggaris, dan tempat pensil. Mendekati jam Shalat Jumat, saya ikut salah satu rombongan yang ikut Shalat Jumat, setelah Shalat Jumat, saya dan bersama rombongan Shalat Jumat kembali ke rumah Tante Evi untuk melanjutkan acara keluarga kami.
Pada siang yang indah ini, Keluarga Mama Diah yang tinggal di Sarana Indah Permai, Ciputat, Tangerang Selatan, Bang Didi, anak bungsu Mama Diah, juga ikut bersama keluarganya, Bang Didi memakai baju koko lengan panjang, tapi digulung. Pada siang ini juga, Kak Adis dan Kak Tria duduk semeja di depan rumah sebagai penerimaan tamu, selama pengajian, saya berada di luar. Setelah pengajian akan ada acara siraman untuk Calon Mempelai Pria di halaman belakang rumah, di saat yang sama saya berada di tempat yang sama untuk menyaksikan acara siraman tersebut. Setelah siraman ada beberapa kegiatan lain setelah acara siraman yang juga menjadi penutup acara.
Setelah itu mereka semua berkumpul di ruang utama di rumah tersebut, kita membahas untuk persiapan terakhir menjelang pernikahan Da Reksa dan Mba Eno yang digelar di Gedung ANTAM untuk resepsi pada esok malam, sementara Akad Nikah digelar di salah satu Masjid di Gedung ANTAM pada esok sore. Sementara itu, saya yang suka “jahilin” Bang Didi, harus bertanggungjawab kepada Bang Didi, menurut penuturan salah satu dari mereka yang hadir pada hari itu. Pada malam harinya, Stefanie dan Kak Adis sedang melakukan salah satu tugasnya, sementara itu saya melakukan Shalat Maghrib bersama salah satu paman saya, sementara Bang Didi sedang duduk-duduk di halaman belakang rumah, pada malam hari itu, Bang Ricky sedang melakukan salah satu tugasnya, yaitu menyusun daftar jemputan untuk menuju Gedung ANTAM melalui laptop-nya yang akan dilakukan pada keesokan harinya, namun saat Bang Ricky mengerjakan tugasnya, laptop yang digunakannya lowbat, sementara itu Bang Didi sempat ngobrol bersama kakak saya.
Sekitar jam 7 malam, Bang Didi pulang ke rumahnya, sementara saya masih berada di rumah Tante Evi, tapi saat Bang Didi meninggalkan rumah Tante Evi, saya menerima keputusan dengan baik. Setelah itu saya dan keluarga saya pulang ke Bukit Dago sekitar jam 8 malam, dijemput dengan mobil salah satu yang hadir pada hari itu, dan sampai di Bukit Dago sekitar jam 9 malam.
Hari Sabtu
Hari Sabtu tanggal 8 Januari 2011, saya berada di Bukit Dago, bersama Kakak, Mas Warto, dan Intan. Kita bersama ke rumah Tante Evi sekitar jam 11 siang, kita pergi menggunakan taksi, sekitar jam 12 siang kita sampai ke tempat tujuan. Setelah itu saya melihat situasi di rumah Tante Evi ramai karena mereka sedang mempersiapkan acara Pernikahan Da Reksa, di saat yang sama, saya bertemu Kak Merah bersama orangtuanya di halaman belakang rumah Tante Evi. Saat saya mengobrol bersama, saya disebut “Irfan Bachdim” kata ayah Kak Merah.
Kita berangkat sekitar jam 1 siang, saya duduk di mobil Daihatsu Xenia milik Kak Eja dikendarai oleh Dai, sementara saya duduk di depan mobil sebelah Dai yang mengendarai mobil itu, dibelakang saya, ada Kakak, Intan, Mas Warto, dan yang lainnya. Sementara mobil-mobil yang ada di rumah Tante Evi, berjalan bersama menuju Gedung ANTAM, tampaknya saat saya sedang menuju Gedung ANTAM, saya merasakan atmosfer di jalan raya seperti parade konvoi yang dipenuhi kendaraan di jalan raya dan berjalan bersama. Kita sampai jam 2 siang, sementara itu, ada beberapa orang yang datang dari rumah Tante Evi, tapi juga ada yang datang langsung ke Gedung ANTAM, Papa, Om Rul, dan keluarga Om Bai yang datang langsung ke lokasi pernikahan itu, sementara itu, yang datang dari rumah Tante Evi, antara lain adalah: Stefanie yang ikut Kak Adis dan Kak Eja, memakai mobil Mazda, sementara Kak Merah naik bis Blue Bird bersama yang lainnya.
Sebagai catatan: dress code sebelum resepsi untuk pria seperti saya memakai batik, selain itu, saya, dan yang lainnya juga, memakai peci. Untuk resepsi, yang pria memakai beskap + kain batik – digunakan di pinggang – + celana panjang hitam + sepatu hitam, sementara untuk wanita, memakai kebaya berwarna ungu berbagai model. Akad nikahnya dilaksanakan di Masjid sebelah Gedung ANTAM  pada jam 4 sore, sementara saya berada di luar Masjid karena terbatasnya tempat untuk duduk. Sementara saya, berada di suatu ruangan bersama Kakak dan Intan, setelah itu saya diajak salah satu sepupu ke ruang ganti untuk mengganti dress code dari batik ke beskap, pertama saya masuk ke pintu utama gedung tersebut, kedua saya melewati ruang ganti pengantin perempuan dan saya bersama sepupu saya menemukan pintu ruang ganti, saat saya memasuki ruang ganti, rasanya saya berada di ruang ganti stadion –, di ruang ganti tersebut dilengkapi dengan kamar mandi layaknya ruang ganti stadion. Beberapa menit sebelum Maghrib, saya menyantap teh dan makanan berkuah, saat saya duduk di kursi tanpa meja, tepatnya di depan pelaminan. Lalu, saya pindah ke tempat yang menyediakan meja, tepatnya di samping kanan depan pelaminan, kalau saya bertahan di kursi tanpa meja, beskap saya bisa kotor. Catatan tambahan: Bang Didi datang lebih lambat karena Bang Didi bermain sepak bola terlebih dahulu sebelum dia menyusul ke Gedung ANTAM untuk mengisi acara Pernikahan Da Reksa. Selain itu saya juga sempat melakukan pemotretan bersama Papa, Kakak, Mas Warto, dan Intan.
Beberapa jam sebelum resepsi saya dan beberapa panitia yang bertugas mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas masing-masing. Saya bertugas sebagai penerima suvenir, saya duduk di lorong, tepatnya di belakang kursi-kursi yang disediakan untuk tamu-tamu undangan. Sementara itu Bang Didi, Taufiq, dan saudara sepupu lainnya, duduk bersama saya, saat saya meninggalkan lorong, saya menyantap hidangan istimewa yang tersedia di depan pelaminan. Catatan tambahan: Bang Didi bersama sepupu lainnya pindah dari ruang penerimaan suvenir ke ruang penerimaan tamu.
Ketemu Lagi...
Saat saya sedang menyantap lasagna, ternyata saya bertemu dengan Risma Ayus Qanita – itu nama Facebook-nya, tapi kalau panggilannya saya lupa – beserta keluarganya.
Penutup
Di penghujung acara, saya, Bang Didi, dan sanak keluarga lainnya berkumpul di atas pelaminan, untuk melakukan sesi pemotretan, di akhir sesi pemotretan, kita disuruh untuk bergaya lebih seru, agar tampilan foto menjadi menarik untuk dilihat.
Setelah acara berakhir, saya dan lainnya harus kembali ke ruang ganti untuk mengganti pakaian yang dipakai sebelum resepsi. Selain itu, saya sempat berkumpul bersama sepupu saya, mereka diantaranya adalah: Bang Didi dan sepupu dari Australia, cowok, saat berkumpul, saya sempat bercanda tawa saat kita sedang mengobrol bersama, sebelum saya disuruh pulang oleh keluarga saya.
Kejadian menarik terjadi saat Kak Merah harus berjalan hati-hati saat dia keluar gedung, tepatnya di lorong sebelah kanan tempat pelaminan, hal ini disebabkan karena adanya pecahan kaca gelas.
Saya, Kakak, Papa, Intan, dan Mas Warto, pulang sekitar jam 10 malam, kita pulang menggunakan taksi, dan saya sempat mampir di Permata Pamulang untuk mengambil koran saya, sementara Papa langsung pulang, saya dan yang lainnya pulang ke Bukit Dago. Kita sampai di Bukit Dago sekitar jam 11 malam.